Ada Cafe Unik, Kedai Ngoembara Sulap Vesva Jadi Coffee Bar

Kedai Ngoembara usung konsep unik , sulap Vespa jadi bar kopi. Vespa, Kopi dan Petualangan nampaknya ketiganya  yang memiliki makna berarti bagi Bakti Anugrah dan Rasyid Hadi Permana. Kecintaan  terhadap Vespa dan Kopi, menjadi ide awal Bakti menyulap Vespa Sprint tahun 1977 miliknya disulap menjadi bar kopi.

VINNY DINA RAHAYU/PASUNDAN EKSPRES
KREATIF: Bakti dan Rasyid memodifikasi Vespa layaknya bar kopi lengkap dengan peralatannya.  


Kedai Ngoembara berlokasi di Komplek PDK  Jalan Ki Hajar Dewantara No.100, Subang. Sebagai pencinta kopi,  mereka pun mencoba memperkenalkan Kopi asli dari Subang yang diperolehnya langsung dari petani kopi di Desa Cupunagara. Dengan menggunakan Vespa yang dimodifikasi layaknya bar kopi tersebut Bakti dan Rayid sering ikut di acara Kopi Kampus membuka lapak di alun-alun Subang.
“Bulan kemarin kami mengirim biji kopi Subang hasil roastingan ke rekan kami di luar provinsi yang juga membuka kedai kopi. Yaitu Kopi Aksara di Sleman, Kepal Kopi di Cianjur, dan djelajah Kopi di Yogyakarta, kata mereka aromanya kuat seperti ada rasa winenya gitu.” jelas Bakti.

Kedai kopi Ngoembara ini bukan hanya sekedar bisnis. Seperti yang disampaikan oleh Rasyid, tentang bagaimana bisnis ini bisa bersikap kepada apa yang ada diluar bisnis tersebut seperti halnya terhadap lingkungan sekitar dan persoalan sosial. Diakui Rasyid, pengunaan nama Ngoembara pun berasal dari pengalaman pribadinya.
“Nama Ngoembara sudah ada jauh sebelum kedai ini ada. Latar belakang saya sejak SMP sudah memilih untuk mandiri tidak tinggal dirumah lebih senang berpetualang dan traveling.” ungkapnya.

Kedai yang baru berjalan selama 3 bulan ini, diakui Bakti digunakan pula sebagai wadah berkumpul bagi teman-temanya untu bergerak . Berbagai kegiatan sosial dan  acara beberapa komunitas pun kerap   diselenggrakan di Kedai Ngoembara.  Seperti pengalangan dana , aksi solidaritas, musikalisasi puisi dan lainnya.

Dengan modal nekad, Bakti pun mengaku meja dan kursinya berasal dari barang bekas yang sudah tidak terpakai dirumahnya. Dengan tetap menghadirkan konsep kedai yang santai dan sederhana, dari segi menu makanan yang disediakan pun berupa cemilan dengan harga relative terjangkau.
“Disini kami juga sediakan rak buku, yang dulunya itu adalah lemari baju. Kami sengaja tidak menyediakan wifi agar pengunjung lebih tergerak untuk membaca buku dibandingkan mengunakan gadgetnya,” tutup Bakti. (vny/epl)


Tidak ada komentar